Bahaya dan Fakta Seputar Asbes: Material Bangunan yang Masih Digunakan

Bahaya dan Fakta Seputar Asbes Material Bangunan yang Masih Digunakan

Asbes telah menjadi bagian penting dari industri konstruksi selama lebih dari satu abad. Material ini dikenal karena kekuatannya, ketahanan terhadap panas, serta harganya yang relatif terjangkau. Namun, di balik keunggulan tersebut, tersimpan sejumlah risiko serius yang telah lama menjadi perhatian global, terutama dalam hal kesehatan dan lingkungan.

Apa Itu Asbes?

Asbes adalah sekelompok mineral silikat alami yang terbentuk dari serat-serat halus dan fleksibel. Serat-serat ini memiliki daya tahan tinggi terhadap panas, api, bahan kimia, dan tegangan listrik, yang membuatnya sangat menarik untuk berbagai aplikasi industri.

Terdapat enam jenis utama asbes, namun dua yang paling umum digunakan adalah asbes putih (chrysotile) dan asbes biru (crocidolite). Asbes putih, atau serpentine, adalah jenis yang paling banyak ditemukan dan digunakan di seluruh dunia, terutama dalam bentuk lembaran atap atau campuran semen.

Sejarah Penggunaan Asbes di Indonesia

Di Indonesia, asbes telah lama digunakan dalam berbagai bentuk, terutama sebagai bahan atap rumah, pipa air, rem kendaraan, dan pelapis dinding. Puncak penggunaan material ini terjadi antara tahun 1970 hingga awal 2000-an. Biaya produksi yang rendah dan sifatnya yang tahan lama membuat asbes menjadi pilihan utama bagi banyak kalangan, terutama di sektor pembangunan rumah murah dan fasilitas umum.

Namun, seiring berkembangnya kesadaran akan bahaya asbes terhadap kesehatan, mulai muncul regulasi yang membatasi penggunaannya di beberapa negara. Sayangnya, Indonesia belum sepenuhnya melarang penggunaan asbes, meskipun banyak studi telah menunjukkan dampak negatifnya.

Bahaya Kesehatan dari Paparan Asbes

Salah satu masalah terbesar dari asbes adalah kemampuannya menghasilkan serat mikroskopis yang mudah terhirup oleh manusia. Saat asbes rusak, tergores, atau pecah, serat-seratnya bisa terlepas ke udara dan masuk ke paru-paru.

Berikut adalah beberapa penyakit serius yang berkaitan dengan paparan asbes:

  • Asbestosis. Penyakit ini terjadi akibat penumpukan serat asbes di paru-paru, menyebabkan jaringan parut dan gangguan pernapasan kronis.
  • Mesothelioma. Kanker langka namun sangat agresif yang menyerang lapisan paru-paru, perut, atau jantung. Hampir semua kasus mesothelioma terkait langsung dengan paparan asbes.
  • Kanker Paru-Paru. Serupa dengan akibat merokok, paparan asbes juga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama bila terjadi bersamaan dengan kebiasaan merokok.
  • Pleural Plaques. Penebalan jaringan paru-paru yang dapat memengaruhi fungsi pernapasan meskipun tidak selalu bersifat kanker.

Dampak dari paparan ini sering kali tidak langsung terasa. Gejala penyakit akibat asbes bisa muncul puluhan tahun setelah paparan pertama kali terjadi. Inilah yang membuatnya sangat berbahaya karena banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah terpapar.

Dampak Lingkungan dari Penggunaan Asbes

Selain risiko kesehatan, asbes juga menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan. Limbah asbes sulit diolah karena memerlukan perlakuan khusus agar serat-seratnya tidak menyebar ke udara. Sayangnya, banyak tempat pembuangan akhir di Indonesia belum dilengkapi fasilitas yang memadai untuk menangani limbah jenis ini.

Ketika atap atau bahan bangunan berbahan asbes dibiarkan membusuk di udara terbuka, serat-seratnya dapat terangkat oleh angin dan mencemari lingkungan sekitar. Ini tidak hanya membahayakan manusia, tapi juga hewan dan tanaman di sekitarnya.

Regulasi dan Larangan Penggunaan Asbes di Dunia

Beberapa negara, seperti Australia, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa, telah secara total melarang penggunaan asbes dalam bentuk apapun. Di Amerika Serikat, penggunaan asbes masih diizinkan dalam bentuk tertentu, namun sangat ketat dalam pengaturannya.

Indonesia sendiri belum sepenuhnya melarang penggunaan asbes. Meskipun ada tekanan dari organisasi kesehatan dan lingkungan, termasuk WHO dan ILO, belum ada regulasi nasional yang benar-benar melarang penggunaan asbes secara menyeluruh. Ini menjadi tantangan besar bagi upaya perlindungan kesehatan publik.

Alternatif Ramah Lingkungan Pengganti Asbes

Seiring meningkatnya kesadaran akan bahaya asbes, industri konstruksi mulai mencari bahan alternatif yang lebih aman. Beberapa di antaranya:

  • Fiber Cement. Terbuat dari campuran semen, pasir, dan serat sintetis. Tidak mengandung asbes dan relatif aman bagi kesehatan.
  • PVC Roofing. Material plastik ringan yang tahan cuaca dan bisa didaur ulang.
  • Metal Roofing (Atap Logam). Meskipun lebih mahal, atap logam tahan lama dan tidak mengandung bahan berbahaya.

Penggunaan bahan-bahan ini bisa menjadi langkah kecil namun penting menuju pembangunan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Asbes memang memiliki sejumlah keunggulan teknis, namun risiko yang ditimbulkannya terhadap kesehatan dan lingkungan jauh lebih besar. Di tengah upaya global untuk mengurangi penggunaan material berbahaya, penting bagi masyarakat Indonesia untuk lebih sadar dan bijak dalam memilih bahan bangunan.

Pendidikan publik, dukungan regulasi pemerintah, serta inovasi dalam bidang material konstruksi bisa menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan terhadap asbes. Masa depan pembangunan harus mempertimbangkan tidak hanya aspek ekonomi, tapi juga kesehatan jangka panjang bagi manusia dan bumi tempat kita hidup.

Bagikan Postingan Ini:

Facebook
WhatsApp